Selasa, 29 Maret 2011

AGREGAT

Pada dasarnya beton tidak akan terbentuk tanpa adanya campuran agregat, disini membuktikan bahwa agregat memilki peranan yang sangat penting sekali dalam pembuatan beton. Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi sekali yaitu berkisar (60 - 70) % dari berat campuran beton. Selain sebagai pengisi, agregat memilki fungsi lain yaitu sebagai penentu sifat mortar atau mutu beton yang akan dihasilkan.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat batuan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu, agregat kasar dan agregat halus. Batas antara agregat halus dan agregat kasar berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu yang lainnya. Meskipun demikian, dapat diberikan batasan ukuran antara agregat halus dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (british standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.80 mm (4.75 mm), dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4.80 mm (4.75 mm). agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.80 mm di bagi lagi menjadi dua yaitu, yang berdiameter antara (4.80- 40) mm. disebut kerikil beton dan yang lebih dari 40 mm disebut kerikil kasar.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari 40 mm, dan agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk pekerjaan sipil lainnya, seperti untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan tanah, bronjong (bendungan), dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan kerikil, spilit, batu pecah, kricak, dan lainnya.

P E M B E N T U K A N A G R E G A T A L A M

B a t u a n

Pada umunya agregat berasal dari alam, dan salah satunya berasal dari batuan. Seorang engineer melihat sebagai sebuah mineral yang keras, getas, sering kali tahan lama dan kuat, yang diatasnya berdiri bangunan atau dapat digunakan untuk mendirikan bangunan. Penambangan batuan kadang - kadang dilakukan dengan peledakan (blasting), terutama pada batuan-batuan yang keras seperti granit. Batuan dalam teknik sipil dapat dilihat menurut ilmu yang mempelajarinya (Verhoef,1985:12), yaitu :

1) Geologis : batuan sebagai mineral, yang terbentuk melalui proses siklus batuan.

2) Geoteknik : batuan sebagai mineral yang diatasnya, di dalamnya, atau dengannya dapat dibangun berbagai macam konstruksi.

Jika dilihat dari proses terbentuknya, batuan sebagai mineral dapat dibedakan menjadi tiga yaitu batuan beku (magma), bauan endapan (sedimentasi), dan bauan peralihan/ malihan (metamorf).

1. Batuan Beku (Magma)

w Batuan beku terbentuk dari proses pembekuan magma yang terdapat di dalam lapisan bumi yang dalam atau dari hasil pembekuan magma yang kuat akibat dari letusan gunung berapi

w Batuan beku dibedakan menjadi dua, yakni batuan beku interusif (yang membeku di bawah permukaan bumi), dan batuan beku eksterusif (yang embeku di permukaan bumi).

w Batuan beku seperti intrusi granit adakalanya ditemui dengan massa yang tidak beraturan

w Berdasarkan kandungan SiO2, batuan beku dibedakan menjadi:

1. Batuan Beku Masam -> kand. SiO2 tinggi : > 65%

2. Batuan Beku Intermedier -> kand. SiO2 sedang : + 55% s/d 65%

3. Batuan Beku Basa -> kand. SiO2 rendah : < 55%

2. Batuan Sedimen (Endapan)

w Batuan sadimen terbentuk karena mengendapnya bahan-bahan yang terurai, sehingga membentuk suatu lapisan bahan padat yang secara fisik diendapkan oleh angin, air, atau es.

w Dapat terbentuk dari bahan-bahan terlarut yang secara kimia terendapkan di lautan, danau, atau sungai.

w Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

(1) Klastik, tersusun atas fragmen-fragmen dan bagian-bagian kecil yang terbawa dalam keadaan padat. Klastik dibagi menjadi siliklastik (terdiri dari bagian-bagian kecil silikat seperti batu pasir, lempung), piroklastik (terdiri dari dari material-material vulkanik seperti tuff, lapili), dan kapur (ter

(2) Kimiawi, batuan sedimen yang diendapkan dari larutan. Batuan ini dibagi menjadi evaporit (penguapan gips, garam), kapur (pengendapan), dan dan endapan kimiawi lainnya seperti besi dan fosfat.

(3) Organik, yang dibagi menjadi kapur serta gambut, batubara, dan sapropel yang merupakansedimen dengan banyak zat organik yang membentuk minyak bumi.

3. Batuan Metamorf

w Batuan Metamorf : Adalah batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami perubahan bentuk (transformasi) akibat adanya pengaruh perubahan suhu dan tekanan yang sangat tinggi.

w Proses metamorphosis di abgi menjadi dua, yaitu :

1. Metamorfosis regional, yakni perubahan bentuk dalam skala besar yang dialami batuan di dalam kulit bumi yang lebih dalam, sebagai akibat dari terbentuknya pegunungan. (vulkanik).

2. Metamorfosis kontak, yakni perubahan bentuk yang dialami batuan sebagai akibat dari intrupsi magma panas disekitarnya (misalnya granit).

w Jenis-jenis Batuan Metamorf :

a. Schist : Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar halusnya Schist Mika.

b. Gneis : Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar kasarnya Granit Gneis.

c. Kuarsit : Batuan metamorf yang terbentuk dari batu pasir.

d. Marmer : Batuan metamorf yang terbentuk dari batu kapur karbonat.

w Pada umumnya, peningkatan temperatur dan tekanan akan memperbesar butiran yang terbentuk.

A G R E G A T D I I N D O N E SI A

G e o g r a f i, G e o l o g i, I k l i m

 Geografis dan Geologi : Indonesia terletak di daerah tropis, dimana sebagian besar dari daerah di Indonesia terkena jalur pegunungan berapi, sehingga Indonesia sangat kaya akan jenis-jenis batuan alam.
 Iklim : Semakin panas dan atau semakin dingin iklim setempat, semakin besar pula derajat pelapukan yang akan mengakibatkan dekomposisi dari batu-batuan. Produk akhir dari pelapukan ini adalah tanah residual.

K a r a k t e r i s t i k A g r e g a t

Jika dilihat dari sumbernya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat yang berasal dari alam dan agregat buatan (artificial aggregates). Contoh agregat yang berasal dari sumber alam adalah pasir alami dan kerikil, sedangkan contoh agregat buatan adalah agregta yang berasal dari stone crusher, hasil residu terak tanur tinggi (blast furnace slag), pecahan genteng, pecahan beton, fly ash, dari residu PLTU, extended slag dan lainnya. Interaksi antara iklim setempat dan golongannya akan menghasilkan tiga macam jenis quarry, yaitu sumber daya alam dari batu-batuan (deposits), yang dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1) Quarry batu-batuan dari bedrock
• Quarry ini mebutuhkan pengeboran dan peledakan (drilling dan blasting) yang menghasilkan bermacam-macam ukuran yang perlu disesuikan dengan kebutuhan.
• Derajat pelapukan quarry ini bergantung pada deposit buatan.
• Untuk mendapatkan hasil yang baik dari batuan-batuan segar (fresh rock), penggalian pada deposit ini harus dilakukan hingga kedalaman yang cukup.
• Makin segar batuan-batuannya, makin rendah nilai crushing value dan Los Angelos Abbration serta semakin porosi (porosity).
• Campuran agregat dengan mutu yang baik dan agregat dengan mutu yang kurang baik dihasilkan suatu industri pemecah batu dapat mengakibatkan kesulitan dalam perencanaan dan pengendalian mutu campuran beton.
• Batu-batuan dari abu vulkanik biasanya cukup porous, sehingga nilai crushing dan abrasinya tinggi, meskipun batu-batuannya dalam keadaan segar.
• Agregat pecah dengan tangan (tradisional) ini hasilnya tidak konsisten, artinya ukuran butir agregat yang dihasilkan tidak merata (akan ditemui agregat dengan gradasi senjang, sehingga dalam pembuatan beton yang diproduksi tidak cukup lecak (workability) serta mudah mengalami bleeding dan segregation.

2) Pasir Sungai dan batu-batuan yang digali
 Agregat yang bersal dari tanah galian, yaitu tanah yang dibuka lapisan penutupnya (pre-striping), biasanya berbentuk tajam, bersudut, berpori, dan bebas dari kandungan garam.
 Pada kasus tertentu, agregat yang terletak pada lapisan yang paling atas harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.

M E N G O L A H A G R E G A T A L A M
Tujuan utama pengolahan agregat adalah menghasilkan agregat dengan mutu tinggi dan biaya yang rendah. Pengolahan agregat alam meliputi penggalian (excavating), pengangkutan (hauling), pencucian, pemecahan (crushing), dan penentuan ukuran. Akan tetapi, pengolahan agregat tidak terbatas hanya pada usaha-usaha diatas, tetapi dimulai juga dari penggalian dan diakhiri dengan penimbunan dan penyerahan agregat dilapangan.
 Pada waktu penggalian, bahan-bahan yang akan menambah berat seperti lempung dan lanau sedapat mungkin harus disingkirkan terlebih dahulu, karena bahan-bahan tersebut tidak dikehendaki.
 Pemisahan bahan-bahan yang tidak dikehendaki ini dapat dilakukan dengan alat power-shovels, draglines, atau scrapes (penyingkiran bahan-bahan dapat dipertimbangkan apabila tebal lapisan lebih dari 15 meter).
 Bila bahan-bahan ini tidak terlalu banyak jumlahnya, cukup dilakukan pencucian.
 Penggalian bahan yang keras dapat dilakukan dengan peledakan (blasting).
 Setelah digali, agregat diangkut dengan kereta api, truk, atau ban berjalan (belt conveyor) ketempat pengolahan agregat.
 Bahan-bahan yang merusak kemudian dibuang, salah satunya adalah dengan pencucian bahan baku.
 Proses selanjutnya adalah memperkecil ukuran agregat dengan menggunakan alat pemecah batu.
 Untuk menentukan ukuran dari agregat, agregat kasar disaring menggunakan saringan bergetar, sedangkan agregat halus disaring dengan saringan hidrolik.
 Dalam proses penyaringan, sekitar 70 % dari bahan yang disaring harus lolos ehingga efesiensi serta kapasitas yang tinggi dapat dicapai

0 komentar:

Posting Komentar